Gugurnya daun kering sebagai tanda kemarau mendatangi.
Embun penyejuk luluh oleh terik yang menyengat......
Hembusan angin mulai beraroma amarah.....panas membakar.
Sesekali sengatannya jatuh di lapisan kulit sampai ke jiwa.....
Gersang menjadi rangkuman sang kemarau.....
Hujanpun mengalah pergi meninggalkan tahtanya tanpa permisi.....
Panas menjadi curhatan semesta, saat dia membawa angin bercengkrama dengan bara....
Semua bagai panggangan masal yang harus dinikmati.
Hewan berlari mencari keteduhan,
Pohonpun pasrah dalam doa meminta hujan kembali....
Serapah dan gundah menjadi warna yang dilontarkan tiap insani.
Walau semua tahu, kenikmatan ini sungguh-sungguh harus dirasakan.
Bersama catatan waktu yang ada.
Saat kemarau jadi kuasa sebuah masa.....
Akan kemana suara gemercik air yang biasa mengalir.....
Air tanah pun menangis tanpa air mata.
Akan kemana ladang hijau terhampar luas......
Rumput pun tertunduk mengering pudarkan warna menguning.
Saat kemarau membawa senyum kuasànya.
Akan menuai apa,sebuah persemaian layu tanpa bersemi... gersang dalam kekeringan yang mematikan......
Akan berbagi kemana,kalau semua ikut merasa......
Hanya syukur yang mampu membasahi sebuah hati.
Dan mendekat pada Ilahi adalah keteduhan yang abadi.
Comments
Post a Comment