Dieng....Dieng....Dieng......
Ditubuhmu yang dingin,pernah tertulis namaku disana.
Ditanganmu yang beku,pernah ada aku dipelukmu.
Dihamparan bunga pancawarnamu,pernah ada canda dan tawa tertinggal disana.
Di danau telaga warnamu,pernah tersimpan senyum indah masa remajaku.
Dan di sepanjang jalanmu yang berangin syahdu....pernah ada jejak masa lalu.
Dieng kamu begitu romantis.
Perubahan tahun dalam tiap masanya, menjadikan dirimu semakin tersinggahi hati.....
Tak usang selembar ingat ini tentangmu....
Tak pudar warna dahulu saat mengingat keindahanmu...
Tak ingin usia melalaikan memoriku tentang dirimu....
Dan ingin kembali kelanaku sampai padamu saat ini.....
Dieng kamu penuh pesona.
Dieng....Dieng....Dieng.....
Tubuhmu yang berkelok menjadi sesuatu lebih mencapaimu.
Bukit berjurang dan hutan berladang adalah tantangan mendapatkanmu.
Bersama langkah sang kabut yang mulai turun...
Bersama itu pula tersudahi sudah pandangku kepadamu.
Parasmu memikat hati untuk singgahi singgasanamu dilain hari.
Dieng kamu penuh kharisma.
Dieng.....Dieng....Dieng.....
Kembali kutulis kalimat ini sebagai labuhnya ingatku tentangmu.
Berharap diusiaku kini,masih bisa menggugah kisah dulu lagi.
Merasakan dinginnya tubuhmu....
Merasakan pelukan tanganmu yang beku...
Memandang telaga warnamu.....
Dan berkisah ulang dihamparan bunga pancawarnamu....
Dieng kamu penuh kerinduan.
Dieng.... Dieng....Dieng....
Tunggu aku kembali membawa ingat ini tentang kamu.
Comments
Post a Comment